Judul postingan kali ini mungkin mengejutkan. Karena banyak kaum awam yang hanya mengetahui jika anak Psikologi pasti berakhir jadi asesor tes, psikolog, atau HRD. Unsur psikologi yang membahas manusia sebenarnya bisa masuk pada banyak sektor. Akan tetapi pada banyak sektor, psikologi hanya ilmu pendamping saja. Tak lebih dan tak kurang.
Pariwisata (pada masa dahulu) salah satunya.
He? Pariwisata?
Oke, mari kita mulai saja dulu.
Beberapa bulan lalu, saya berkesempatan menghadiri salah satu acara dari dinas pariwisata kota Padang. Acara kali ini berupa sosialisasi sapta pesona dan potensi pariwisata di kota Padang. Hal yang malah muncul di pikiran saya setelah mengikuti acara tersebut adalah : Psikologi bisa jadi ilmu yang berguna dan utama bagi pariwisata masa depan.
Mengapa?
Psikologi punya satu ilmu terapan yang tujuannya untuk menganalisis hubungan antara manusia dan lingkungannya. Namanya Psikologi Lingkungan. Bagian kelimuan yang satu ini termasuk diantaranya mengkaji bagaimana pembangunan sektor tertentu berpengaruh pada perubahan manusia di sekitarnya. Satu contoh yang paling jelas adalah Jam Gadang dan miniatur Eropa di Harau. Bagaimana manusia yang berada disana merencanakan perubahan dan pembangunan daerah tersebut? Mengapa mereka harus mengubah kawasan tersebut? Hal tersebuh dibahas dalam Psikologi Lingkungan lebih dekat.
Mari kita bahas Jam Gadang terlebih dahulu. Pada awal tahun ini, tampilan terbaru Jam Gadang diresmikan. Kita dapat melihat ke arah mana mereka mengembangkan Jam Gadang, yaitu semacam alun-alun tempat berbagai acara diadakan. Karena itulah, bagian pusat Jam Gadang lebih banyak dipenuhi kebun bunga dan pohon hanya tumbuh di jalan seberang pusat tempat wisata tersebut. Selain itu, tempat yang lebih luas membuat panggung lebih mudah didirikan (setidaknya yang kecil) daripada ketika banyak pohon di bagian Jam Gadang tersebut. Ini hanya analisis asal saya loh ya 🤣🤣🤣🤣.
Sekarang kita lihat ke miniatur Eropa. Saat ini adalah masa dimana tempat yang ciamik terlihat di aplikasi Instagram banyak dikunjungi, meskipun miniatur di dalamnya (bahkan) dituding sebagai saduran tidak resmi dari karya artistik di luar negeri sana. Rabbit Town di Bandung menjadi salah satu contoh diantaranya. Akhirnya banyak pengusaha pariwisata yang mencoba melakukan hal yang sama. Sayangnya, hasil dari implementasi hal semacam ini malah membuat wisata alam di beberapa tempat menjadi tak tampak. Inilah kasus miniatur Eropa di Harau. Di foto terlihat cantik (apalagi dari jauh), tapi esensi wisata alam yang awalnya ditawarkan Harau malah tak tampak. Instagrammable places overshadow the original potential that the place offer.
Nah pada kasus seperti ini dan kasus lainnya yang melibatkan manusia, Psikologi Lingkungan bisa berperan aktif. Kasus lainnya seperti bagaimana banyaknya kendaraan pribadi menyebabkan udara di Jakarta (dan beberapa kota besar Indonesia lainnya) menjadi kurang bersih. Bahkan udara di Jakarta menjadi perbincangan beberapa minggu terakhir karena menurut VisualAir (salah satu aplikasi pendeteksi kebersihan udara menggunakan AQI), Jakarta sudah memasuki zona merah yang berarti : harusnya sekolah diliburkan, anak-anak harus di rumah, pergi keluar harus pake masker. Disisi lain, Jakarta adalah pusat negara Indonesia, punya banyak daya tarik pariwisata dan ekonomi yang membuat banyak orang berbondong-bondong ke sana.
Nah, sekarang hubungan psikologi lingkungan dengan acara kemarin beberapa bulan yang lalu mengenai pariwisata apa?
Pada penjelasan pemateri mengenai pengembangan pariwisata di Padang, ada beberapa hal yang saya pikir memerlukan peran psikologi di dalamnya. Beberapa diantaranya adalah mindset mengenai suatu tempat, hospitality, pariwisata berkelanjutan, pariwisata massal, dan pariwisata alternatif. Mari kita bahas satu-satu.
Mindset
Pada bagian ini, pemateri sempat mengatakan bahwa jika kita berpikir kalau kota kita tidak menarik sebagai tempat wisata, bagaimana orang lain akan berpikir yang sama juga? Karena itu, kita harus menepis pemikiran positif secara selektif. Setidaknya, dengan berpikir bahwa kota yang kita tinggali merupakan tempat yang nyaman untuk berwisata kita bisa tergerak berbuat sesuatu yang kecil untuk menunjang pemikiran kita.Hospitality
Hospitality atau sering orang awam mengartikannya dengan keramah-tamahan, pelayanan yang baik, dan istilah serupa lainnya menjadi hal yang penting dalam perkembangan pariwisata saat ini, setidaknya menurut pembicara pada materi ini. Tentu saja hal itu juga penting bagi kita semua. Siapa sih yang tak kesal jika melihat pelayan tidak sopan dengan tamunya? Atau tidak cepat tanggap dalam membantu permasalahan tamu dengan fasilitas wisata? Semua jenis tempat wisata dan acara sangat memerlukan unsur hospitality dan ilmu psikologi cukup banyak berperan dalam hal yang satu ini.Pariwisata Berkelanjutan
Istilah berikut merupakan konsep pariwisata dimana faktor pariwisata yang dimiliki oleh suatu tempat bersifat bukan hanya atraksi semusim semata. Karena itu, peran Psikologi Budaya juga sangat penting dalam merancang model pariwisata yang bisa menarik minat pengunjung dalam jangka waktu yang sangat lama.Pariwisata Massal
Sementara, pariwisata massal merupakan konsep dimana ada banyak wisatawan yang datang ke suatu kota diorganisasi oleh satu perusahaan/organisasi tertentu. Terdapat banyak rencana jadwal dari model pariwisata semacam ini, dan kita dapat memasukkan unsur budaya seperti melihat budaya penduduk asli, bermain permainan tradisional dan lain-lain.Pariwisata Alternatif
Selain atraksi, juga ada bentuk-bentuk pariwisata lainnya yang dapat di kembangkan di suatu tempat. Misalnya pariwisata budaya, pariwisata dengan unsur sains, dan jenis lainnya. Hal ini dapat ditemukan dengan menelaah unsur sosial dan psikologis penduduk yang ada di kawasan tersebut.Sepertinya sekian dulu, semoga harimu menyenangkan!
With love,
No comments spilled
Post a Comment
Please comment the post after you read it!
your praise, critique, and other is recomended to improve this blog! ^^
Berilah komentar setelah membaca blog. Baik kritik saran dan lainnya dibolehkan ^^