Saturday, August 24, 2024

Ketika Manusia-Manusia Lebih Percaya Dinding Toilet Daripada Si-Punya-Kuasa

wall filter by kjpargeter on freepik
(juga saya baru menyadari bahwa quote asli yang dimaksud adalah bapak dewan, tapi yasudah, saya malas mengedit. lagian bapak dewan dan aparat hukum sama saja kali ini.)

Selamat akhir minggu semuanya!
Sebenarnya agak tidak mood menulis blog, karena itu beberapa postingan tidak muncul dalam beberapa bulan kedepan(?). Tapi minggu ini ada sesuatu yang terjadi. Ketika orang-orang dari dunia internet ke dunia luar internet memanas karena Si-Paling-Punya-Kuasa-Yang-Syirik memaksakan kehendak. Tidak ada lagi yang bisa dipercaya, kecuali dinding toilet.

Jadi ceritanya dua minggu lalu, saya mendatangi Eka Kurniawan di Gramedia dalam rangka peluncuran buku barunya yang intinyaaa *religious trauma*. Udah kepengen bikin beberapa ide blog, tidak cuma satu. dari pengalaman baca beberapa buku beliau yang lampau, tips menulis ala beliau yang bisa diterapkan di blog, sampe pengalaman menunggu yang menarik (disponsori oleh kemampuan baca cepat saya yang alhamdulilah tak pernah hilang). Sayang, sekali lagi saya dalam keadaan mental yang sangat menyulitkan untuk menulis, silakan baca link postingan jelek yang ada di postingan sebelumnya kalau mau tahu.

Udah ada juga ide lainnya dari pengalaman saya yang tidak akan saya beritahu sampai blognya tertulis. Tunggu saja.

Singkat cerita (yang tidak jelas arahnya ini), saya cukup sering menyimak perdebatan orang orang yang cukup tahu taktis politik di twitter (tidak sudi menyebutnya huruf ketiga terakhir dari abjad, dasar belon gorong-gorong). Sampai ada himbauan untuk melihat live DPR RI alias si legislatif yang sedang bahas soal peraturan pemilihan kepala daerah dalam rangka keputusan MK yang membebaskan partai-partai mengusung calon, dan pembatasan umur yang sebenarnya ini kotak pandora dari kelakuan Si-Paling-Mulia-Menjijikkan-Mulyono yang pake "orang dalam" yang berujung pelanggaran kode etik—kebencian saya yang lain selain politik itu sendiri.

Ternyata orang-orang ini masih saja ingin melanggar peraturan, mengusahakan agar kuasa kuasa dipegang oleh keluarga Si-Paling-Raja-Yang-Mahkotanya-Mending-Dijadikan-Uang-Untuk-Modal-ProfPsi-Saya.

Akhirnya orang pada panas, dan kebetulan para pengamat profesional dan tidak profesional politik twitter ini sedang bercanda soal peringatan darurat negara, menggunakan tangkapan layar dari youtube video milik EAS Indonesia Concept, salah satu kreator analog horror Indonesia yang bikin alternate universe "bagaimana jika Indonesia dihuni banyak entitas alien." Dengan beberapa akun besar mengunggah tangkapan layar yang sama maka muncul ajakan perlawanan. Dari demonstrasi di DPR-KPU-dan-daerah-lainnya, menyindir-dan-menspill keluarga Si-Jelek-Mulyono yang liburan dengan jet dari pengusaha haus uang, membuat karya seni dan sastra, sampai "hashtag party" ala penggemar kpop yang menaikkan rilisan terbaru idolnya agar selalu terdepan di Melon (bukan buah) dan Billboard.




Aftereffect dari semua ini mengingatkan saya akan beberapa hal. Pertama, saya benci politik sampai antipati. Apalagi saat SMA, teman-teman saya ketika pemilu berdebat dengan temannya bukan dengan bahasa politik ataupun sains, tapi dengan vibe. 'oh, itu muka muka kalah,' 'ah dia berwibawa, kita cari pemimpin berwibawa kharismatik,' serta kalimat lainnya. Apalagi mereka mereka pun sedangkan peduli autistik, peduli masyarakat Papua saja tidak, peduli masyarakat miskin pun juga tidak. Entah bare minimum apa itu, standar gorong-gorong?

Kedua, melihat keadaan ke belakang saya menyadari kalau manusia-manusia tidak peduli politik maka mereka juga akan dan sedang dipermainkan politik. Layaknya psikologi, semacam dimana ada manusia disitu ada politik. Sementara politik praktis sudah didesain sekotor mungkin, menonjolkan tokoh kharismatik yang bisa "hipnotis" dan mudah dikultuskan, seakan Tuhan tak pantas lagi untuk dikultuskan. Kata keluarga saya semua kembali ke individu. Akan tetapi kalau sistem jelek terus, bisa bisa baru umur 70 tahun saya bisa merumuskan fenomena autistik Indonesia dalam sisi lain a.k.a acceptance dan anti-abuse therapy. Belum lagi modal ProfPsi mahal, UU ProfPsi yang ternyata banyak cacat tapi sedikit yang kritik, dihadang dengan seleksi CPNS yang terpaksa diambil kalau mau cepat dapet modal (yang resignnya tergantung es melon). Breh, depressing.

Ketiga, buku yang dibaca (baik sekilas maupun sampai habis) pertama kali oleh beberapa peserta yang baru pertama kali berkenalan dengan Eka Kurniawan sore itu adalah Corat-Coret di Toilet. Saya pribadi telah tamat membaca buku itu, Setelah membaca beberapa buku beliau sebelumnya. Pasalnya cerpen yang menjadi judul buku tersebut merupakan cerita mengenai keluhan banyak orang yang duduk di toilet. Ketika seseorang bilang bahwa ia lebih percaya dinding toilet daripada kata Si-Paling-Mewakili-Rakyat, banyak orang meyakininya dengan menuliskan "aku juga" seakan tombol like di media sosial.

Menarik mengetahui bahwa cerpen tersebut semacam afirmasi dari tangkapan layar biru "peringatan darurat", yang dipikir oleh original tweeter yang penggemar Vtuber perusahaan Jepang terkemuka adalah "bercanda", lalu diamplifikasi oleh orang-orang seakan perkataan "aku juga" (meskipun postingan selanjutnya tidak bercanda) dalam cerpen Corat-Coret di Toilet. Serta kutipan dari cerpen tersebut juga beredar dalam aksi unjuk rasa hari Kamis dan Jum'at kemarin, yang diposting oleh akun Gramedia sebagai penerbit.



Kesimpulan dari semua ini? Pola memang berulang terus selama Si-Punya-Kuasa ingin memaksakan kehendak. 1998, 2019, tahun ini. Ya sudah takdirnya begitu hahahaha

P.S. : jujur saya juga merencanakan menulis analis program pada sebuah program survival-cerdas-cermat yang diadakan sebuah bimbel, yang katanya diadaptasi dari acara berformat sama di Korea. Semoga mereka belum menghilangkan video acaranya di youtube karena saya belum menonton.

P. S. S. : saya mengakui adanya saltik dan huruf besar yang tidak merata di postingan. sayang saya dalam keadaan yang terlalu bodo amat untuk mengedit.


With love,

No comments spilled

Post a Comment

Please comment the post after you read it!
your praise, critique, and other is recomended to improve this blog! ^^

Berilah komentar setelah membaca blog. Baik kritik saran dan lainnya dibolehkan ^^