Tuesday, August 27, 2024

Sebelum Kenal Burung Biru, Mari Kenal Sistemnya

tangkapan layar didapatkan dari video youtube milik elevators with ESH


Halo lagi semuanya!

Karena saya kurang kerjaan, pikiran saya penuh melulu, dan keadaan juga tidak memungkinkan untuk ketawa ketawa, maka saya ingin mengulik gambar tangkapan layar biru "Peringatan Darurat" dengan lambang garuda yang menjadi gambar pemancing pergerakan melawan pemerintah yang jelek. Sebelumnya tangkapan layar tersebut berasal dari sebuah channel youtube analog horror bernama EAS Indonesia Concept. Tapi sebelum membahas analog horror dan channel yang bersangkutan, mari bahas soal EAS-nya sembari melihat kedaruratan sistem darurat negeri entah berantah ini.

Peringatan : media yang ditampilkan dalam blog ini memiliki suara yang cukup keras dan sering dipakai pada sistem di Amerika. Disarankan tidak menggunakan earphone atau melambatkan volume karena dapat mempengaruhi kesehatan telinga.


Sebelum saya melanjutkan, pada postingan sebelumnya saya menyatakan kalau sistem jelek baru umur 70 tahun saya bisa merumuskan fenomena dan permasalahan autistik di Indonesia. Saya sangat mengerti bahwa usaha penelitian membutuhkan waktu puluhan bahkan ratusan tahun untuk merumuskannya dalam sebuah buku atau kenyataan hidup. Kalimat itu keluar karena saya merasa frustasi dengan betapa strukturalnya masalah di Indonesia, sehingga masalah keragaman otak di Indonesia harus tenggelam seberapa lamanya. Belum lagi modal penelitian mahal.

Baik, lanjut.

Pada sangat awal tahun 1997, ketika banyak idol Korea yang diketahui banyak orang lahir pada tahun ini. Amerika memperkenalkan sebuah sistem dimana pemerintah mereka bisa menyiarkan kejadian darurat melalui televisi di rumah rumah warga, mulai dari bencana alam sampai kerusuhan. Sistem ini dinamakan Emergency Alert System (EAS). Sistem berikut merupakan salah satu sistem kedaruratan yang digunakan sebelum sistem seperti SMS blast atau Commercial Mobile Alert System (CMAS), serta Wireless Alert System (WAS), serta peringatan modern melalui media sosial, telegram, dan lain sebagainya.

EAS sendiri memiliki sebuah alat yang digunakan untuk mentransmisikan informasi darurat dari stasiun utama kepada stasiun lainnya di daerah-daerah kecil melalui sinyal radio. Karena penjelasan teknikalnya sangat memusingkan dan saya bukan teknisi, maka silahkan lihat video berikut (yang sifatnya hanya proposal saja).




serta satu contoh langsung dari EAS dengan konteks lokal di televisi




dan berikut juga video dari Amerikanya (yang ngerti bahasa Inggris silakan)







dan contoh dari tes sistem ini pada tahun 2021 :



Bagaimana dengan Indonesia?

Sedikit edit di awal, saya baru menyadari bahwa di tahun 1950an sebenarnya sudah dikembangkan sistem semacam EAS di Indonesia, dari beberapa komentar sumber yang saya tonton dan baca. Entah mengapa sistemnya tidak dioptimalkan dan ditest secara berkala.

Boleh saya jujur? sebagai individu yang hidup di daerah tidak stabil alias Sumatra, sistem peringatan darurat Indonesia jauh tertinggal dari negara lainnya. Tahun 2006 di Aceh, peringatan bencana hanya dengan melihat tanda-tanda alam, dan banyak yang terlambat untuk melarikan diri. Tahun 2009 di Padang, sudah ada sirine dari pos-pos terdekat yang agak jauh, serta sayang peringatan tersebut kurang karena tidak dekat dengan layar yang dilihat oleh individu seperti televisi, meskipun dalam rentang 2006-2009 breaking news selalu dikumandangkan setiap bencana. 

Bertahun-tahun kemudian, sistem peringatan darurat Indonesia melompat dari sekedar sirine menjadi broadcast SMS yang dekat dengan CMAS serta pesan melalui WhatsApp, Telegram, halaman daring BMKG dan sejenis, serta media sosial dan aplikasi.

Meskipun perkembangannya melompat, penanganan Early Warning System (EWS)—istilah yang tampak di halaman kominfo yang tidak membumikan isu ini ke masyarakat, sangat tidak sistematis, alias berantakan. Bahkan sistem pemerintahan sendiri tidak dapat menghentikan pencurian sistem sensor bencana di daerah laut dan darat oleh sebagian orang—yang mungkin sama culasnya dengan mereka diatas sana.

Mari kita contohkan potensi gempa megathrust yang berada pada lempeng Selat Sunda dan Mentawai. Sebenarnya, masyarakat tidak perlu takut berlebihan dan panik dengan berita prediksi, ketika sistem semacam EAS dan WAS dilakukan dengan sangat baik di Indonesia. Lebih dari penginstalan aplikasi, sms blast, apalagi breaking news di televisi. Info peringatan lewat notifikasi sistem ponsel, info peringatan ala EAS di televisi, serta didukung sirine di sekitar tempat tinggal. Ketika mengetahui langsung alarm kedaruratan, masyarakat tinggal menyandang tas darurat mereka dan berlari meninggalkan tempat tinggal. Sebagaimana masyarakat menyandang tas keperluan dan berlari untuk berunjuk rasa pada Kamis, Jum'at, dan hari selanjutnya.

Tapi perlu diingat, sistem EAS, WAS dan lainnya perlu perawatan, tes berkala, serta peningkatan sistem. Tentu anggarannya mahal. Sayang, di pemerintahan yang tidak jelas ini, anggaran kedaruratan dianggap tidak penting dari pengelolaan tambang (oops).


With love,

No comments spilled

Post a Comment

Please comment the post after you read it!
your praise, critique, and other is recomended to improve this blog! ^^

Berilah komentar setelah membaca blog. Baik kritik saran dan lainnya dibolehkan ^^